Label

Rabu, 17 Oktober 2012

Menjadi Guru Favorit Menurut Pendapat Imam Ghazali

Menurut Imam Ghazali, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ia ingin menjadi guru. Di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Cerdas.
Seorang yang dapat diserahi tugas mendidik atau menjadi guru haruslah orang yang cerdas dan sempurna akalnya, baik akhlaknya, dan kuat fisiknya. Dengan akal yang sempurna atau cerdas, maka guru dapat mengajar muridnya dengan benar dan mendalam. Sementara itu, dengan akhlak yang baik, maka guru dapat menjadi contoh. Sedangkan dengan fisik yang kuat, maka guru dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan efektif.
2. Penuh Kasih Sayang.
Jika mengajar merupakan keahlian dan profesi, maka sifat terpenting yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah rasa kasih sayang. Dengan sifat ini, maka seorang guru dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada murid. Dengan kasih sayang dan rasa percaya diri yang tinggi, maka akan tercipta situasi yang kondusif bagi murid untuk semakin giat dan rajin belajar.
3. Diniatkan Sebagai Ibadah.
Meskipun untuk ukuran saat ini sudah jarang berlaku, namun tidak ada salahnya jika kita memikirkan pendapat Imam Ghazali yang mengatakan bahwa mengajarkan ilmu itu pada dasarnya merupakan kewajiban agama bagi setiap orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Karena itu, tidaklah pantas bagi seorang guru jika harus menuntut upah atau gaji atas jerih payah mengajarnya itu. Mungkin, faktor ini sudah tidak berlaku lagi pada saat sekarang. Tetapi makna yang penting dan harus kita pahami adalah jangan sampai anda kurang tulus dan kurang semangat untuk mengajar hanya karena masalah upah atau gaji. Karena itu, niatkanlah mengajar itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Sehingga kita akan tetap bisa mengajar dengan baik, meski dengan upah yang sangat kecil.
4. Menyesuaikan Dengan Kemampuan Murid.
Seorang guru yang bertanggung jawab tidak akan membiarkan muridnya mempelajari materi yang lebih tinggi sebelum mereka menguasai pelajaran sebelumnya. Dan, seorang guru juga tidak boleh mengajarkan sesuatu yang melebihi batas kemampuan murid dalam mencerna dan menerima pelajaran tersebut. Selain itu, guru juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada murid bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, memperbaiki diri, dan untuk mengabdi. Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan, dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya agar tidak menimbulkan kesan negatif bagi murid-muridnya.
5. Penuh Simpati.
Pada saat mengajar, seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, seorang guru hendaknya jangan meng-ekspose atau menyebar-luaskan kesalahan murid di depan umum. Sebab, cara itu dapat menyebabkan murid memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang, dan memusuhi gurunya. Dan, jika keadaan ini terjadi maka dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik.
6. Menjadi Teladan.
Seorang guru harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik dihadapan murid-muridnya. Karena itu, kita harus bersikap toleransi dan mau menghargai keahlian orang lain, meskipun itu adalah murid kita sendiri. Dan kita hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahlian atau spesialisasi kita di depan murid, meskipun secara pribadi kita memang benar-benar tidak menyukai ilmu atau pelajaran tersebut.
7. Memahami Kemampuan Murid.
Seorang guru yang bertanggung jawab juga mampu memahami dengan baik perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan murid. Juga memahami bakat, tabiat, dan kejiwaan murid sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Hendaknya guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit kepada murid yang kemampuannya kurang. Jika hal ini tidak dilakukan maka dapat menimbulkan rasa kurang senang, gelisah, dan ragu-ragu pada murid.
8. Memiliki Komitmen Tinggi.
Sebagai guru, kita harus berpegang teguh pada prinsip yang kita ucapkan, dan berupaya untuk merealisasikannya sebaik mungkin. Imam Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Jika hal itu dilakukan, maka akan menyebabkan ia kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan, yang pada gilirannya akan menyebabkan kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.

Demikian pendapat Imam Ghazali yang perlu kita renungkan untuk menjadi sosok guru favorit.
Diambil dari : Buku "Tuntunan Menjadi Guru Favorit", Penulis : Salman Rusydie. Hal. 168-172.

NB : Yang pengen tahu lebih tentang Tuntunan Menjadi Guru Favorit, silahkan beli bukunya di toko buku terdekat...(^_^)...hehehehe...:)

2 komentar: